Rabu, 05 Januari 2011

TUMANURUNG 21

Drama karya Fahmi Syariff

Tokoh:

Pasinrili’ (Narator)
Tokoh
Pimpinan Kelompok
Anggota Kelompok
Seseorang 1
Seseorang 2
Raja Bone
Kajao La Liddo
Pemusik
Penari


MUSIK: TUNRUNG PAKANJARA’.

KELOMPOK: DALAM SUASANA CERIA.

MUSIK: TUNRUNG PAKANJARA’ BERALIH MENJADI MUSIK PENJEMPUT TAMU.

SINRILI’:
Mula pertama bukuang kana
(Mula pertama kalimat permulaan)

Selamat datang nipabattuang
(Selamat datang kami ucapkan)

Pertunjukan ini pa’minasana
(Pertunjukan ini harapannya)

Pada penonton niyaka hadere’
(Oleh penonton hadirin sekalian)

Pertunjukan ini sanna tunana
(Pertunjukan ini amat sederhana)

Konsepnya miskin pare’pare’na
(Konsep ciptaannya sangat miskin)

Meski begitu nihara’ tonji
(Meski demikian tetap kami harap)

Mudah-mudahan anggappa baji’
(Mudah-mudahan capai kesuksesan)

Tontonan ini tena ruwana
(Tontonan ini tiada duanya)

Kunjungi tempat ri Malaysia
(Kunjungi tempat di Malaysia)

Diharap saja ri panontonna
(Harapan kami pada penonton)

Akan disuka ri pa’mai’na
(Akan disuka di dalam hati)

Pertunjukan ini sanna bodona
(Pertunjukan ini sangat pendek)

Bugis-Makassar kabattuanna
(Bugis-Makassar kedatangannya)

Bila ditonton gio’gio’na
(Bila ditonton gerak-geriknya)

Orang terhibur ri kasusana
(Orang terhibur dari kesusahan)

Jadi penghibur ri tau susaya
(Jadi hiburan bagi orang susah)

Jadi pemimpin ri tau tenaya
(Jadi pengarah bagi yang tersesat)

Jadi dukun ri tau lammaya
(Jadi dukun bagi yang sakit)

Jadi uztaz ri tau salaya
(Jadi uztaz bagi yang salah)

Duduklah tenang ri kaderaya
(Duduklah di kursi dengan tenang)

Jangan bicara manna ri hape
(Jangan bicara walaupun di HP)

Pusat tontonan PSGBD
(Pusat tontonan PSGBD)

Sukseslah itu harapanta ngaseng
(Kesuksesan itulah harapan kita)

MUSIK: KE SUASANA YANG MENGGAMBARKAN KETENANGAN, KETENTERAMAN, DAN KEDAMAIAN.

SOUND: MENDADAK GEMURUH DARI KEJAUHAN, MENDEKAT, MENYEBABKAN SUASANA KACAU.

KELOMPOK: PENGISIAN RUANG YANG MENGGAMBARKAN KEKACAUAN, GERAK-GERAK IMPROVISASI MEMPEREBUTKAN KURSI.

SESEORANG: KELUAR DARI KELOMPOK, TAMPIL MENENANGKAN SUASANA DENGAN BERPIDATO DALAM KEADAAN TERSEOK-SEOK.

ADEGAN: SUASANA BERUBAH TENANG SEJENAK, KEMUDIAN KEMBALI KACAU.

SOUND: GEMURUH MAKIN KACAU, MENELAN YANG BERPIDATO TADI.

PENTAS: GELAP PEKAT.

SINRILI’:
Kekacauan datang a’mole-mole
(Kekacauan datang bertubi-tubi)

Ketenangan lingkungan sukkara’ nikape
(Ketenangan lingkungan sulit digapai)

Kemakmuran masyarakat battala’ nialle
(Kemakmuran masyarakat berat dicapai)

Memang mustahil kalau hanya appote-pote
(Memang mustahil kalau hanya berpidato)

TOKOH: KELUAR DARI KELOMPOK, MENGHILANG DI SATU SISI.

SUASANA: TAMBAH KACAU.

TOKOH: MUNCUL KEMBALI DALAM WUJUD LAIN.

MUSIK, BUNYI: DIAM.

SUASANA: TETAP KACAU OLEH KEHADIRAN TOKOH.

CAHAYA: BLITZ LIGHT

KELOMPOK: MENYEBUT KATA “Tumanurung”. AWALNYA BERGANTIAN DALAM IRAMA KAGET, KAGUM, DLL., AKHIRNYA MEMBENTUK KOR DENGAN LENGKINGAN: Tumanuruuuuuuuung…

MUSIK: MENIMPALI LENGKINGAN…MUSIK TARI PA’DUPPA.

TARI: PA’DUPPA MENYAMBUT PENAMPILAN TOKOH.

TOKOH: TAMPIL.

TARI: PA’DDUPPA SELESAI.

SESEORANG 1: TAMPIL ANNGARU
Karaengku
Karaengku

Inakke minne bura’nena bura’nea
Inilah aku laki-lakinya laki-laki

Pallakina pallakia
Jantannya pejantan

Napunna nia’ seke-seke
Jika terjadi bencana

Nakke lalo kipariolo
Kedepankanlah aku

Manna songkolo’opa na jangang nakuriboko
Jika makanan belakangkanlah aku

Makkana mamaki naikambe mammiyo
Berucap sajalah ‘kan kulakukan.

SESEORANG 2: TAMPIL ANNGARU
Karaengku
Karaengku

Inakke minne bura’nena tana Mangkasarara’
Inilah aku laki-lakinya tanah Makassar

Pajappa lantang banngina Tamalanrea
Pejalan larut malamnya Tamalanrea

Punna annunrunga’
Kalau saya memukul

Silama nakana mattung
Sejengkal (sebelum sampai) sudah berdentum

Sisingkulu’ nassa’ra talang
Sesiku (sebelum sampai) sudah berdentang

Makkana mamaki naikambe mammiyo
Berucap sajalah ‘kan kulakukan

PIMP. KELOMPOK:
TAMPIL DARI SISI LAIN, LANGSUNG JONGKOK DI DEPAN TOKOH.
Tabe’.

KELOMPOK:
MUNCUL MENYUSUL PIMP. KELOMPOK, IKUT JONGKOK DI BELAKANG PIMPINAN KELOMPOK.

PIMP. KELOMPOK:
Tabe’, di depan kemuliaanmu, di ketinggian singgasanamu.

PIMP. DAN ANGGT. KELOMPOK:
TANGAN KIRI YANG MELEKAT DI PINGGANG KIRI, DIDORONG KE DEPAN SAMPAI HULU BADIK MENCUAT. TANGAN KANAN MENCABUT BADIK, UJUNG BADIK DILEKATKAN DI HIDUNG, LALU DI KENING, KEMUDIAN DENGAN SIGAP DIACUNGKAN LURUS KE ATAS BERSAMAAN DENGAN DONGAKAN KEPALA, DISUSUL LENGKINGAN VOKAL: “A”.

BADIK PELAN DITURUNKAN, LALU DIACUNGKAN LURUS KE DEPAN.

PIMP. KELOMPOK:
Kini dan untuk selamanya,
Terimalah aru kami
Pernyataan sumpah setia
Tekad bulat kami

PIMP. DAN ANGGT. KELOMPOK:
BADIK YANG TERACUNG KE DEPAN, MEREKA LUNCURKAN TEGAK KE BAWAH HAMPIR MENYENTUH BUMI. Tabe’.

TOKOH:
Hentikan.

MUSIK: GENDANG MELEDAK, GEMURUH, HENING.

TOKOH:
Tidak usah kaget. Saya manusia biasa. Manusia seperti kalian.

KELOMPOK:
Jadi…? Tumanurung?

TOKOH:
Bukan. Saya bukan orang yang diturunkan dari langit. Tumanunrung hanya dongeng dalam sastra La Galigo. Istilah Tumanurung adalah konsepsi baru orang-orang bumi masa lalu untuk menenteramkan keadaan yang carut marut.

KELOMPOK:
Maksudnya?

TOKOH:
Ya. Kalian mau menempatkan saya seperti manusia dalam dongeng, manusia yang turun dari langit. Jangan. Kalian mau bersumpah, anngaru, bertekad bulat mengikuti segala sesuatu yang aku katakan sebagai orang yang turun dari langit. Jangan. (JEDA).
Mulai sekarang, kalian perlu sadari, sumpah kesetiaan, kebulatan tekad, anngaru, adalah sebuah omong kosong. Kesetiaan sejati tidak diucapkan. Tapi dilakukan. Saya ulangi, di-buk-ti-kan.
MAJU MENYENTUH PUNDAK PIMPINAN KELOMPOK YANG MASIH JONGKOK MENGGENGGAM BADIK. Jangan anngaru.Sarungkan badik kalian.

PIMP. DAN ANGGT. KELOMPOK:
SALING BERPANDANGAN, LALU BERSAMAAN MENYARUNGKAN BADIK, TAPI MASIH MENUNDUK.

TOKOH:
Saya yang telah kalian percaya memimpin negeri ini tidak memerlukan aru yang diucapkan, tidak memerlukan pernyataan kesetiaan dan kebulatan tekad yang diucapkan. ( JEDA).
Kesetiaan kalian tidak pernah kuragukan, dan itu terbukti atas pilihan kalian padaku. Jangan sampai bukti kesetiaan kalian itu ternoda oleh ucapan. JEDA SAMBIL MENATAP KELOMPOK YANG MASIH MENUNDUK.
Tidak usah menunduk. Tataplah aku. Aku tidak ingin jadi manusia yang ditakuti, tapi ingin jadi manusia yang disegani, dicintai oleh sesamaku manusia. (JEDA).

Upaya memakmurkan masyarakat dan negerinya tak mungkin tercapai hanya dengan pidato. Upaya menenterakan, memakmurkan asyarakat, adalah memang tugas setiap pemimpin negeri bukan sendirian, tapi bersama masyarakatnya. Mari bersatu-padu membangunnya. Negeri ini negeri kalian, negeriku, negeri kita bersama. (JEDA).
Kalian akan kubawa sejenak ke masa lalu, ke percakapan antara Raja Bone dengan Kajao Laliddo, penasihat kerajaan dan duta keliling Kerajaan.

MUSIK: ……………………………………………………………

DI SATU KETINGGIAN RAJA BONE DENGAN KAJAO LALIDDO DUDUK BERHADAPAN.

RAJA BONE:
Aga tanrana namaraja tanae, Kajao?
Apa tanda kejayaan sebuah negeri, Kajo?

KAJAO LA LIDDO:
Duai tanrana namaraja tanae, Arumpone.
Ada dua tanda kejayaan sebuah negeri.
Mase’dinna, narekko melempu’i namacca Arung Mangkau’e.
Jika raja yang memerintah jujur dan cerdas.

RAJA BONE:
Maduwana?
Yang kedua?

KAJAO LA LIDDO:
Maduana, tessisala-saloae ri lalempanua
Kedua, tiadanya persengketaan dalam negeri.

RAJA BONE:
Aga tanra cinna-matena tana marajae, Kajao?
Apa tanda runtuhnya sebuah kerajaan, Kajao?

KAJAO LA LIDDO:
Ennenngi tanra cinna matena tana marajae
Ada enam tanda runtuhnya sebuah negeri.

RAJA BONE:
Agana sio, Kajao?
Apa gerangan , Kajao?

KAJAO LA LIDDO:
Mase’dina: linga-lingae
Pertama: kebrutalan.

RAJA BONE:
Maduana, Kajao?
Yang kedua, Kajao?

KAJAO LA LIDDO:
Narekko teani ripakainge Arung Mangkau’e.
Jika raja yang memerintah tak mau lagi diingatkan.

RAJA BONE:
Matelluna, Kajao?
Yang ketiga, Kajao?

KAJAO LA LIDDO:
Metelluna, narekko de’na toacca ri laleng liupu’.
Yang ketiga jika tak ada lagi orang cerdas di dalam negeri.

RAJA BONE:
Maeppa’na?
Yang keempat?

KAJAO LA LIDDO:
Maeppa’na, narekko naenrekiniu waramparang pa’bbicarae.
Keempat jika hakim dan jaksa sudah makan sogok.

RAJA BONE:
Malimana?
Yang Kelima?

KAJAO LA LIDDO:
Malimana, we’do’ pada gau’ lalempanuwa.
Yang kelima jika kejahatan berkecamuk di dalam negeri.

RAJA BONE:
Maennenna, Kajao?
Yang keenam, Kajao?

KAJAO LA LIDDO:
Maennenna, narekko tennamaseiwi atanna Arung Mangkau’e.
Yang keenam jika raja yang memerintah tidak lagi mengasihi rakyatnya.

MUSIK: ……………………………………………………………….

SINRILI’:
Itulah tadi percakapan dalam lontara
antara Arumpone ke-7, La Tenrirawe Bongkannge
dengan La Mellong To Sualle Kajao La Liddo
Penasihat dan Duta Keliling Kerajaan Bone.

TOKOH:
Bagaimana tanggapan kalian atas percakapan tadi, sepenuhnya kuserahkan pada kalian. Aku takkan memaksa kalian untuk mematuhinya atau tidak, karena aku yakin, kalian adalah manusia yang sudah bisa berpikir. Kalau dianggap benar, patuhilah. Kalau tidak, tinggalkanlah. Banyak hal yang mesti kita lakukan untuk memajukan negeri ini.

MUSIK: …………………………………………….

TOKOH:
Saudara-saudaraku, kalian nanti, Insya Allah, pada gilirannya, dan itu pasti, tanpa pemaksaan, kalian akan mengemban tugas sebagaimana mestinya. Camkan sekali lagi, negeri ini adalah negeri kalian, negeri kita bersama.

ADEGAN:
TOKOH DIARAK BERKELILING.

SESEORANG:
(TAMPIL). Raja alim raja disembah.

SESEORANG:
(TAMPIL). Raja lalim raja disanggah.

TOKOH: MELONCAT TURUN, MEMBUKA KOSTUM KEBESARANNYA, MENGGANTINYA DENGAN KOSTUM SEBAGAIMANA KOSTUM ANGGOTA KELOMPOK, LALU LEBUR DI DALAM KELOMPOK, MELAKUKAN GERAKAN-GERAKAN PERBAIKAN SECARA IMPROVISATIF.

SINRILI’: ………………………………………………………………………….

MUSIK: TUNRUNG PAKANJARA’.


SELESAI

Makassar, 7 Mei 2010
Fahmi Syariff

Catatan:
1. Diilhami oleh buku "La Toa" oleh Mattulada.
2. Pementasan pertama dalam acara Malam Ramah Tamah
Lawatan Ilmiah PSGBD Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
Juni 2010 di Malaysia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar