-Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin
-Dewan Kesenian Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.
______________________________________________________________________________
INTI CERITA:
MANTAN PEMAIN SEPAK BOLA TINGKAT INTERNASIONAL
YANG SANGAT INGIN MENGETAHUI TEKNIK MENGOVER BOLA,
LAWAN YANG DAPAT
______________________________________________________________________________Tempat: taman kota. Waktu: siang hari.
Tokoh:
ORANG TUA.
PEMUDA I.
GADIS 1.
PEMUDA 2.
GADIS 2.
ORANG TUA: (LAKI-LAKI, USIA SEKITAR 60 TAHUN, DUDUK MERENUNG DI UJUNG BANGKU PANJANG DI TAMAN KOTA).
PEMUDA 2, GADIS 2: (MASUK. KEDUANYA SEDANG CEK-COK SERIUS. PEMUDA 2 BERHENTI SEJENAK MEMBAKAR ROKOKNYA. GADIS 2 TERUS MELANGKAH. PEMUDA 2 MENYUSULNYA SAMPAI MENGHILANG DI SISI LAIN).
ORANG TUA: (PERCEKCOKAN KEDUA REMAJA ITU TIDAK MEMECAHKAN RENUNGAN ORANG TUA).
PEMUDA 1, GADIS 1: MASUK DARI SATU SISI. KEDUANYA MELANGKAH PELAN, MESRA. DI TANGAN GADIS 1 ADA KORAN. KETIKA HAMPIR MENGHILANG DI SISI LAIN, PEMUDA 1 MERABA SAKUNYA.
PEMUDA 1: ‘Ntar. Aku ke sana dulu.
GADIS 1: Ke mana, Kak?
PEMUDA 1: Cari rokok. (MELANGKAH PERGI).
GADIS 1: MENDEKATI BANGKU TEMPAT ORANG TUA DUDUK. SEKALI-SEKALI MATANYA MENGARAH KE ORANG TUA, TAPI ORANG TUA TAK TERPENGARUH OLEH KEHADIRAN GADIS.
SATU SAAT MATA KEDUANYA BERTEMU. KEDUANYA MENGANGGUK.
GADIS 1: BERPIKIR KERAS TENTANG ORANG TUA ITU, SAMBIL MENGERLING KE ORANG TUA BERULANG KALI. DIA MEMBUKA KORAN HALAMAN DEMI HALAMAN TANPA MEMBACA. SESAAT BERIKUTNYA, MATANYA TERTARIK PADA SATU FOTO DI KORAN UKURAN BESAR. DIA MULAI MENGINGAT SESUATU. DIA SENYUM, PELAN BERINGSUT MENDEKATI ORANG TUA.MENYODORKAN TANGAN UNTUK DIJABAT. Kenal… Saya… MENYEBUT NAMANYA.
ORANG TUA: MENJABAT TANGAN GADIS 1 SEKADARNYA.
GADIS 1: Bapak… (MEMOTONG MENYEBUT NAMA ORANG TUA). Itu ‘kan? Saya kenal Bapak… Bapak pemain sepak bola… ya… mantan pemain sepak bola tingkat dunia… internasional… terkenal di mana-mana. Semua orang kenal Bapak… Sering muncul di TV… di kor… nah, ini… (MENUNJUKKAN KORAN).
ORANG TUA: (MELIHAT FOTO DI KORAN YANG DISODORKAN GADIS 1, SEKADARNYA). Ya… ya, saya… (KEMBALI MENGAMATI FOTO DI KORAN). Hm… masa lalu… waktu main di…
GADIS 1: Kenal… saya… (MENYEBUT LAGI NAMANYA). Saya kuliah di Fakultas Sastra… Sastra Indonesia… semester akhir… Saya penggemar Bapak… nonton selalu saban Bapak main… Hebat! Permainan Bapak hebat! Overan-overan Bapak… atau… cara Bapak terima bola dari kawan… wah… tak bisa saya bilang… Pokoknya hebat… Luar biasa…
ORANG TUA: Justru itu. Itu yang bikin saya begini… menderita
GADIS 1: Menderita? Maksud, Bapak?
ORANG TUA: Ya, menderita. Itu… saya menderita karena… (UCAPANNYA TERPOTONG OLEH PEMUDA 1).
PEMUDA 1: Pedagang apa itu…
GADIS 1: Lama amat, Kak.
PEMUDA 1: Gimana tidak lama… Jual rokok tak jual korek. Penjual macam apa itu… kalau tak punya modal jangan jadi pedagang. (MENYODORKAN MINUM BOTOL PADA GADIS 1).
GADIS 1: MENERIMA BOTOL MINUMAN.
PEMUDA 1: Padahal… (PEMUDA 1 TERPOTONG OLEH MASUKNYA GADIS 2 DENGAN LANGKAH CEPAT. PEMUDA 2 MENYUSUL, JUGA DENGAN LANGKAH CEPAT).
GADIS 2: Tidak… tidak…
PEMUDA 2: MENYUSUL. Tunggu… maksud saya…
GADIS 2: MELANGKAH TERUS SAMPAI MENGHILANG.
PEMUDA 1: (MENAHAN PEMUDA 2). Boss... apinya... He… api, Boss...
PEMUDA 2: JENGKEL, MELEMPARKAN ROKOK YANG SEDANG DIISAPNYA SAMBIL TERUS MENGEJAR.
PEMUDA 1: MEMAKI, TAPI TETAP MEMUNGUT ROKOK PEMUDA 2, LANGSUNG MENYULUT ROKOKNYA SENDIRI. DIISAPNYA DALAM-DALAM. DIA LALU MENAWARKAN ROKOK PADA ORANG TUA.
ORANG TUA: Terima kasih. (MENCABUT SEBATANG).
GADIS 1: Pak, saya kira olah ragawan…
ORANG TUA: (MENYULUT ROKOKNYA DENGAN ROKOK PEMUDA 1). Tidak boleh merokok?! Gitu ‘kan? (TERTAWA SENDIRIAN. KECUT). Justru itu
GADIS 1: Maksud Bapak?
ORANG TUA: Ya, itu tadi, olah raga sepak bola itu… yang bikin saya menderita. Gara-gara sepak bola itu.
GADIS 1: Maaf, maksud Bapak apa?
ORANG TUA: Hm, begini… kamu, kamu, anak berdua sudah kenal aku ‘kan?
PEMUDA 1: Siapa yang tak kenal Bapak? Penembak jitu di lapangan… permainan Bapak… Pak, tendangan Bapak yang terakhir masuk gawang… gol keberapa, Pak?
ORANG TUA: 999. Gol kesembilan ratus sembilan puluh sembilan. Selanjutnya, saya gantung sepatu.
PEMUDA 1: Tinggal satu, Pak… bisa seperti Pele yang di Brazil itu…
ORANG TUA: Karena itu, saya tidak mau… saya tidak mau seperti pemain sepak bola yang lain. Saya mau menjadi diri saya sendiri! Dengar? Menjadi diri sendiri!
GADIS 1: Tambah bingung saya…
ORANG TUA: Singkat saja. Begini. Selama ini kalau main, kalau saya mengover bola ke pada teman, selalu benar, teman selalu terima dengan baik.
PEMUDA 1, GADIS 1: Itu bagus ‘toch, Pak?!
ORANG TUA: Bagus memang. Sama halnya kalau teman yang over bola ke saya, saya selalu terima dengan baik. Selalu...
GADIS 1: Bagus toch, Pak?!
ORANG TUA: Kamu tidak salah.
PEMUDA 1, GADIS 1: Lantas?
ORANG TUA: Aku mau… Hm, begini… singkatnya… teknik apa… atau bagaimana caranya, kalau saya mengover bola… lawan yang dapat… Atau kalau teman over bola ke saya… saya tidak bisa terima. Atau kalau saya terima, bola itu harus lepas lagi ke lawan. Begitu! Tekniknya itu yang saya mau tahu!
PEMUDA 1: (SETELAH JEDA). Tidak pernah tanya pada pemain-pemain lain?
ORANG TUA: Pernah. Berulang kali. Bahkan uang tabungan saya sejak dulu, sudah saya pakai keliling dunia… tanya sana sini… sama itu, yang anak sebut tadi… siapa lagi?
PEMUDA 1: Pele.
ORANG TUA: Ya, Pele di Brazil, tapi ah… tak tahu dia.
PEMUDA 1: SENYUM SAMBIL SIUL-SIUL.
GADIS 1: Hm, gembira… lihat orang menderita… senyum-senyum… siul-siul…
ORANG TUA: (KEPADA PEMUDA 1). Kamu tahu?
PEMUDA 1: Bapak mau tahu?
ORANG TUA: Tahu kamu?
PEMUDA 1: Tapi sebelumnya, Bapak saya tanya dulu. Selama ini kalau Bapak masukkan bola, ke gawangnya siapa?
ORANG TUA: Ya… ke gawang lawan, tentu. Gawang siapa lagi?
PEMUDA 1: (SETELAH SEPI SEJENAK, MENDEKATI ORANG TUA. BERBISIK BEBERAPA LAMA). Bagaimana?
ORANG TUA: BINGUNG, MENGGELENG-GELENG.
PEMUDA 1: Ternyata Bapak perlu tambah pengalaman lagi. Tapi tunggu, sudah tanya pada pemain-pemain tingkat dunia selain Pele?
ORANG TUA: Sudah. Saya sudah ke Argentina, tanya sama Maradona, bincang-bincang dengan van Basten di Belanda, pada… Roberto Baggio di Itali… pada itu, yang gagah itu… si Ronaldo, Christian Ronaldo yang Portugal itu… hasilnya… nol besar. Tak ada yang tahu cara over bola lawan yang dapat. Hm… celaka… Ah… nasib… nasib…
PEMUDA 1: MEMBISIKKAN LAGI SESUATU PADA ORANG TUA. BAHKAN KALI ITU DITAMBAH DENGAN BAHASA TUBUH BEBERAPA LAMA.
ORANG TUA: MENDADAK MELONCAT KEGIRANGAN BAGAI SEORANG PEMAIN CADANGAN YANG BARU SAJA MEMASUKKAN BOLA KE GAWANG LAWAN SEMENJAK JADI PEMAIN.
PEMUDA 1: (MENGATASI ORANG TUA). Tapi… tapi ingat… Bapak harus latihan lebih dulu. Bapak siap latihan?
ORANG TUA: (MASIH LONCAT-LONCAT GEMBIRA MENYEBABKANNYA TERSENGAL-SENGAL). Siap. Siap, latihan.
PEMUDA 1: Tapi tidak sebentar, Pak. Lama.
ORANG TUA: Berapa pun lamanya.
PEMUDA 1: Tapi tidak di sini, Pak.
ORANG TUA: Di mana?
PEMUDA 1 MENGHENTIKAN LONCATAN GEMBIRA ORANG TUA, LALU BERBISIK LAGI. KALI ITU AGAK LAMA.
ORANG TUA: Ha…? Di … Okay… okay… Aku akan ke sana. (MELANGKAH PERGI).
PEMUDA 1: (BERTERIAK). Bapak akan ke sana?
ORANG TUA: Ya!
PEMUDA 1: Kapan?
ORANG TUA: Sekarang!
PEMUDA 1:(TERPERANGAH). Sekarang?
ORANG TUA: Ya. Ke travel... pesan ticket. (MELANGKAH CEPAT, TAPI KEMUDIAN BERHENTI). Terima kasih… Terima kasih… (PERGI).
PEMUDA 1: CEKIKIKAN.
GADIS 1: Kak, bisik apa sama Bapak tadi?
PEMUDA 1: BERBISIK DI TELINGA GADIS 1
GADIS 1: Ha? Begitu?!
PEMUDA 1: Ya……!
PEMUDA I TERTAWA NGAKAK, TAPI TAWANYA TERHENTI OLEH MASUKNYA PEMUDA 2 DAN GADIS 2 YANG MELANGKAH BERBIMBINGAN TANGAN, MESRA, TERTAWA-TAWA.
GADIS 1: He..., tadi… kalian berdua yang…
PEMUDA 2: Perang…?! (TERTAWA NGAKAK). Biasssaaa…….
GADIS 2 MENDEKATI PEMUDA 1 DAN GADIS 1. PEMUDA 2 MENDEKATI KETIGANYA. PEMUDA 2 DAN GADIS 2 LALU BICARA DALAM BAHASA ISYARAT. AKHIRNYA MEREKA BEREMPAT TERTAWA SAMPAI BUNYI TAWA MEREKA TIDAK TERDENGAR LAGI.
Ternate, Desember 2009
Fahmi Syariff
